Artikel

05JUN2014

Flora dan Fauna

Anggrek Tien Soeharto

Salah satu jenis tumbuhan (jenis anggrek) yang endemik atau yang hanya tumbuh di Sumatera Utara adalah Anggrek Tien Soeharto atau sering juga disebut dengan Anggrek Hartinah (Cymbidium Hartinahianum). Habitatnya ditemukan di Desa Baniara Tele Kecamatan Harian Kabupaten Tapanuli Utara (berbatasan dengan Kabupaten Dairi). Lokasi ini dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dari kota Medan melalui kota Sidikalang (ibukota Kabupaten Dairi) sejauh 400 km, selama lebih kurang 5 jam perjalanan.

Anggrek ini pertama kali ditemukan oleh Rusdi E. Nasution, seorang peneliti dari Herbarium LBN/LIPI Bogor pada tahun 1976. Ketika itu, anggrek ini tidak ditemukan dalam berbagai pusta maupun dalam koleksi. Kemudian oleh peneliti tersebut bersama peneliti lainnya J. B. Comber memberi nama ilmiah Cymbidium Hartinahianum yang juga berarti anggrek Tien Soeharto pada hasil temuannya. Penabalan nama Ibu Negara pada jenis anggrek ini merupakan penghargaan atas jasa-jasanya dalam rangka pengembangan dunia peranggrekan di Indonesia.

Bunga Bangkai

Bunga Bangkai (Amorphophallus Titanum) ini tumbuh di Kawasan Taman Wisata/Cagar Alam Sibolangit. Bunga ini memberi pesona tersendiri karena selain keindahannya juga pertumbuhannya yang tinggi dan besar. Itulah sebabnya disebut juga dengan nama Suweg Raksasa. Bunga yang tumbuh pada tahun1995, tingginya mencapai 210 cm. Sedangkan sebelumnya tahun 1989 tingginya mencapai 150 cm. Dan diprediksi akan tumbuh lagi seterusnya di Taman Wisata Sibolangit.

Bunga Bangkai pertama kali ditemukan di Sibolangit pada tahun 1920-an. Adapun penemu pertama jenis bunga ini adalah Odoardo Beccari seorang pakar botani berkebangsaan Italia. Ketika itu, tahun 1878, dalam perjalanannya di Kepahiang – Rejang Lebong (Bengkulu) ia menemukan tumbuhan bunga bangkai. Kemudian oleh rekannya Prof. Giovanni Arcaneli dari Turki, diberi nama ilmiah Amorphophallus Titanum terhadap hasil temuan Beccari tersebut. Sejak itu dunia botani mengenal bunga bangkai dengan nama Amorpophallus Titanum Beccari.

Bunga Kenanga

Bunga Kenanga (Cananga Odorata) merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini satu suku dengan sirsak dan srikaya, yaitu suku Annonaceae. Ditinjau dari sosok tanamannya, Bunga Kenanga ini dibedakan atas 2 jenis, yaitu: jenis pohon dan jenis perdu, akan tetapi, keduanya termasuk dalam spesies yang sama. Tanaman Kenanga yang berbentuk pohon tingginya bisa mencapai 20-30 meter, sedangkan yang berbentuk perdu tingginya hanya mencapai 1-3 meter. Kenanga merupakan tanaman yang berpotensi cukup tinggi.

Secara tradisional, bunganya berfungsi sebagi bunga tabur di pemakaman, campuran bunga rampai atau sebagai hiasan pada sanggul wanita. Bunga Kenanga juga dapat mendatangkan devisa, dari bunganya yang wangi terkandung minyak atsiri. Selain itu bagian batangnya mempunyai nilai ekonomis, kayunya yang ukuran besar dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai perkakas rumah tangga, peti, dan sebagainya.

Daun Sang

Daun Sang pertama kali ditemukan oleh Profesor Teijsman, seorang ahli botani dari Belanda. Menurut IUCN jenis tumbuhan ini telah masuk dalam Red Data Book sebagai jenis yang terancam punah.

Kantung Semar

nepenthes-sumatrana    nepenthes-jamban 

Kantong semar atau dalam bahasa latinnya Nepenthes sp (dalam bahasa Inggris disebut Tropical pitcher plant) adalah Genus tanaman yang termasuk dalam famili monotipik. Tanaman yang terdiri atas sedikitnya 103 spesies ini mempunyai keunikan karena hampir seluruhnya merupakan tanaman karnivora, pemakan daging. Selain karnivora juga memiliki keunikan pada bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Karenanya tidak sedikit orang yang memeliharanya. Namun keberadaan Kantong semar (Nepenthes) di habitat aslinya justru terancam kepunahan. Bahkan juni 2009 silam, LIPI mengumumkan beberapa spesies Kantong semar (untuk menghindari perburuan, nama spesiesnya dirahasiakan) sebagai tanaman paling langka di Indonesia.

Jenis Spesies Kantong Semar (Nepenthes) di pulau Sumatera, Indonesia merupakan yang terbanyak di dunia. Dari sekitar 129 spesies kantong semar, 37 jenis diantaranya tumbuh di pulau Sumatera, Indonesia. Bahkan banyak diantaranya yang merupakan endemik Sumatera.

Jumlah spesies kantong semar di pulau Sumatera ini lebih banyak dibandingkan pulau Kalimantan (Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam) yang memiliki 36 jenis Nepenthes. Kalimantan dan Sumatera merupakan dua pulau dengan ragam spesies Nepenthes alam terbesar di dunia.

 

Beo Nias

beo-nias

Salah satu jenis burung yang berasal dari Sumatera Utara dan banyak diminati oleh masyarakat adalah burung beo. Burung beo banyak dipelihara sebagai burung kesayangan karena kepandainnya bisa menirukan suara manusia. Di antara jenis beo yang ada, Beo Nias (Gracula Religiosa Robusta) termasuk yang paling populer dan banyak diminati penggemarnya.

Beo Nias merupakan jenis beo yang endemik di Sumatera, habitatnya dijumpai di Kabupaten Nias. Untuk mencapai lokasi ini ditempuh dengan cara: mengendarai kendaraan pribadi atau kendaraan umum dari Medan sampai ke pelabuhan laut Sibolga dengan waktu tempuh sekitar 8 jam. Dari pelabuhan ini, dengan menggunakan kapal feri melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Gunung Sitoli dengan waktu tempuh sekitar 12 jam. Alternatif lain adalah menggunakan pesawat terbang dari Medan dengan waktu tempuh 1 jam.

Karena kepandaiannya mengeluarkan bunyi dan meniru pembicaraan orang, menyebabkan burung Beo Nias ini menjadi primadona . Namun banyak juga orang tertipu disebabkan tidak dapat membedakan antara jenis beo biasa dengan Beo Nias . Sepintas lalu antara keduanya hampir tidak ada perbedaan termasuk kemampuan berbicara meniru omongan orang. Tetapi kalau diamati lebih mendalam ternyata keduanya dapat dibedakan, yaitu pada ukuran badannya dimana Beo Nias lebih besar dari pada beo biasa serta sepasang gelambir cuping telinga berwarna kuning pada Beo Nias yang menyatu sedangkan beo biasa terpisah (tidak menyatu).

Tidak dapat dipungkiri, bahwa potensi yang dimiliki Beo Nias ini menyebabkan menjadi sasaran perburuan para penggemar burung. Tindakan tersebut, termasuk memperdagangkannya yang jelas merupakan perbuatan yang salah karena akan berdampak terhadap penurunan populasinya di habitat asli. Oleh karena itu, pada tahun 1970 Menteri Pertanian melalui Surat Keputusannya No. 421/Kpts/Um/8/1970 telah menetapkan Burung Beo Nias sebagai salah satu satwa yang dilindungi. Dengan demikian diharapkan adanya kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk tetap mempertahankan kelestariannya di alam bebas, selain perlu adanya upaya penangkarannya untuk mempertahankan kelestariannya.

 

Harimau Sumatera

harimausumatra-faunadanflora

Dalam bahasa latin disebut dengan Panthera tigris sumatrae merupakan spesies harimau asli dari pulau sumatra yang termasuk subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini. Ciri dari harimau ini adalah ukuran tubuhnya terkecil dibandingkan jenis harimau lainnya dengan warna paling gelap di antara semua spesiesnya.
Harimau jantan memiliki panjang tubuh sekitar 92 inci dari kepala sampai ekor dan berat sekitar 140 kg dengan tinggi 60 cm. Sedangkan pada harimau betina memiliki panjang sekitar 78 inci dan berat sekitar 91 kg.Populasi liar harimau sumatera saat ini hanya tersisa 400-500 ekor dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered).

Urang Utan

orangutansumatra-faunadanflora

 

Orangutan Sumatra dengan bahasa latin (Pongo abelii) adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan sumatra hidup dan endemik di pulau Sumatra, sebuah pulau yang terletak di Indonesia. Ukuran mereka lebih kecil jika dibandingkan dengan spesies orang utan kalimanta. Orangutan sumatr hanya memiliki tinggi sekitar 4,6 kaki dan berat 200 pon, sedang kan untuk betina ukurannya lebih kecil yakni dengan tinggi sekitar 3 kaki dan berat 100 pon.
Orangutan jenis ini lebih menyukai buha-buahan dan juga serangga untuk makanannya. Orangutan sumatra lebih bersosial diabndingkan dengan orangutan kalimanta, mereka akan berkumpul untuk makan sejumlah buah besar dipohon bersama-sama. Tapi untuk jenis orangutan jantan dewasa biasanya menghindari kontak dengan jantan dewasa lainnya.
Survei pada tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300 ekor orangutan sumatra. Sungguh termasuk jumlah yang sedikit dengan wilayah pulau sumatra yang sangat luas.

Monyet Kedih

Kedih-Sumatera

Di dunia, Indonesia menduduki urutan kedua untuk kekayaan akan flora dan fauna. Diantara beberapa fauna yang ada yaitu monyet Kedih, primata yang aslinya hanya terdapat di Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Utara Indonesia. Hewan ini termasuk dalam daftar hewan langka dan nyaris punah. Satwa dari ordo primata ini memiliki nama latin Presbytis Thomasi atau nama latin umum yang lebih dikenal dengan Thomas Leaf Monkey. Hewan ini memiliki warna bulu yang jelas dan ekspresi yang tenang, yang terkadang nyaris melankolis, serta hewan ini termasuk pemalu atau takut pada manusia. Pertama kali Kedih ditemukan di Aceh dan bagian utara Pulau Sumatera, yang berada tidak jauh dari Sungai Wampu dan Simpangkiri. Penyebaran Monyet Kedih dapat kita temukan di kawasan hutan Aek Nauli sampai Suaka Marga Satwa Rawa Singkil di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam. Selain itu, data penelitian menunjukkan bahwa penyebaran Monyet Kendih yang paling banyak populasinya berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser terutama di Bahorok dan Ketambe.

Sumber : http://alampedia.blogspot.co.id/2014/09/monyet-kedih-presbytis-thomasi-primata.html

 

Gajah Sumatera

Di dunia, Indonesia menduduki urutan kedua untuk kekayaan akan flora dan fauna. Diantara beberapa fauna yang ada yaitu monyet Kedih, primata yang aslinya hanya terdapat di Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Utara Indonesia. Hewan ini termasuk dalam daftar hewan langka dan nyaris punah. Satwa dari ordo primata ini memiliki nama latin Presbytis Thomasi atau nama latin umum yang lebih dikenal dengan Thomas Leaf Monkey. Hewan ini memiliki warna bulu yang jelas dan ekspresi yang tenang, yang terkadang nyaris melankolis, serta hewan ini termasuk pemalu atau takut pada manusia

Sumber : http://alampedia.blogspot.co.id/2014/09/monyet-kedih-presbytis-thomasi-primata.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.

Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.

 1033442tangkahan-2780x390

Gajah Sumatra (Elephas Maximus) ternyata tidak hanya ditangkarkan di Way Kambas, Lampung. Gajah endemik Sumatra ini juga dapat ditemukan di Sumatra Utara, tepatnya di Tangkahan, Langkat.
Kawasan ekowisata Tangkahan merupakan salah satu pintu masuk ke Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang letaknya tidak jauh dari lokasi wisata Bukit Lawang. Di Tangkahan, wisatawan dapat menikmati keindahan pertemuan dua sungai berair jernih kehijauan dengan hiasan batu-batu besar di tepian hutan. Pelancong lokal, biasanya lebih menyukai mandi di ari sungai yang dingin serta bermain body rafting. Menyusuri sungai jernih yang dangkal, Anda akan menemukan taman kupu-kupu dan air terjun nan indah. Jernihnya air akan menghipnotis Anda untuk berlama-lama di dalamnya.
Tidak hanya air dingin, di kawasan Tangkahan juga terdapat sebuah sumber air panas yang besarnya seukuran bak mandi. Sumber air panas yang berada di gua tepi sungai ini hanya cukup untuk berendam satu orang. Monyet-monyet liar yang ada di TNGL juga seru untuk disaksikan di tepian sungai. Anda cukup menyediakan kudapan kacang bagi mereka agar tidak mengganggu.
Jika beruntung, pengunjung dapat menyaksikan kawanan gajah yang sedang mengajak wisatawan lain berjalan-jalan mengitari aliran sungai. Namun, jika ingin langsung merasakan sensasi menunggang gajah, memandikannya serta berjalan-jalan masuk hutan, juga bisa dilakukan. Berjarak sekitar 1 Km dari pintu masuk ekowisata Tangkahan, Anda bisa menemukan 8 ekor gajah dirawat oleh perawat gajah atau Mahot. Kawasan pemeliharaan gajah atau Conservation Response Unit (CRU) Tangkahan ini telah diprogramkan sejak 2002 dan mulai dioperasikan pada 2007 lalu
Di dunia, Indonesia menduduki urutan kedua untuk kekayaan akan flora dan fauna. Diantara beberapa fauna yang ada yaitu monyet Kedih, primata yang aslinya hanya terdapat di Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Utara Indonesia. Hewan ini termasuk dalam daftar hewan langka dan nyaris punah. Satwa dari ordo primata ini memiliki nama latin Presbytis Thomasi atau nama latin umum yang lebih dikenal dengan Thomas Leaf Monkey. Hewan ini memiliki warna bulu yang jelas dan ekspresi yang tenang, yang terkadang nyaris melankolis, serta hewan ini termasuk pemalu atau takut pada manusia.

Sumber : http://alampedia.blogspot.co.id/2014/09/monyet-kedih-presbytis-thomasi-primata.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.

Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.