Artikel

09JUN2016

Gubernur: Puasa Ramadhan Jadi Momentum Penguat Koordinasi

Medan, 8/6 - Gubernur Sumatera Utara H T Erry Nuradi berharap Puasa Ramadhan menjadi penguat kerja sama atau koordinasi antarseluruh pemangku kepentingan untuk menjaga kekondusifan provinsi itu.

"Banyak masalah di Ramadhan seperti kenaikan harga berbagai kebutuhan, pemadaman listrik hingga ancaman bencana alam pada cuaca tak menentu dan itu perlu kerja sama dan koordinasi erat untuk mengantisipasi dan menanganinya," katanya di Medan, Rabu.

Dia mengatakan itu usai acara berbuka puasa dan shalat Magrib, Isya dan Taraweh bersama satuan kerja perangkat daerah dan seluruh pemangku kepentingan di Sumut.

"Ramadhan harus disambut dengan sukacita khususnya untuk umat Islam dalam menjaga kekondusifan di Sumut," katanya.

Menurut dia, semua masalah akan bisa diatasi kalau semua bersatu, tanpa saling curiga dan memfitnah.

"Ramadhan bukan hanya meningkatkan kualitas ibadah, tetapi juga bulan silaturrahim untuk lebih dekat dengan satu sama lain,"katanya.

Silaturrahim, ujar dia, bermanfaat menambah informasi, menjadikan semua lebih dekat, menambah rezeki dan umur panjang.

Dia memberi contoh, kenaikan harga bahan pokok akan bisa ditekan lonjakannya dengan melakukan koordinasi penanganannya seperti melakukan operasi pasar dan pasar murah.

"Dengan hubungan baik atau koordinasi antar ulama, bupati, wali kota, akademisi seperti dalam acara buka bersama, maka diyakini Sumut akan menjadi provinsi yang terdepan atau disegani di Indonesia" katanya.

Ustad H Syamsul Arifin Nababan yang merupakan Ketua Pondok Pesantren Mualaf, Bintaro-Jakarta banyak orang masuk ke agama Islam karena sebelumnya melakukan penelitian tentang ajaran Islam dengan membandingkan ibadahnya.

"Karena melalui hasil penelitian, maka dalam menjalankan agamanya dilakukan secara berkualitas," katanya.

Dia menjelaskan kebangkitan Islam terjadi secara besar-besaran di barat.

"Di Barat ukhuwah terjalin baik, namun kenapa di tanah air justru sebaliknya, terjadi saling fitnah dan suudzon," ujarnya.

Kondisi di tanah air itu, menurutnya disebabkan banyak muslim di Indonesia melaksanakan ibadah namun tidak berkualitas, sehingga ibadah tidak memberi pengaruh apa-apa.

"Ibadah puasa yang kita jalankan harusnya memberi hasil luar biasa. Namun kerap ibadah hanya ritual, rutinitas," katanya.

Dia menegaskan, jika semua umat Islam mempelajari filosofis Islam, maka, Islam menjadi yang terbaik.

(Antara)-(DT)