Artikel

13SEP2017

Kepala Biro Protokol Presiden Bagi Ilmu dengan Protokol se Sumut

Medan, 13/9 - Setiap presiden memiliki gaya kepemimpinan berbeda dan menjadi kewajiban protokol untuk memahami dan menyesuaikan diri. Tujuannya agar protokol bisa memberi pelayanan yang baik sehingga tugas kenegaraan bisa berjalan baik dan lancar. 

"Gaya kepemimpinan Pak Jokowi tentu berbeda dengan Pak SBY, berbeda dengan Bu Mega dan presiden lainnya ujar Kepala Biro Protokol Sekertariat Presiden RI Ari Setiawan,SE, MM  berbagi pengalaman dan tips dengan para protokol se Sumatera Utara, Selasa (12/09) malam. Hal itu disampaikanya dalam acara Sosialisasi Peningkatan Pelayanan Keprotokolan lingkup Kabupaten/kota se Provinsi Sumut di Fave Hotel Jalan S. Parman Medan, 12-14 September 2017. Pada acara itu hadir Plt Sekda Provsu Ibnu S Hutomo, Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Ilyas S Sitorus dan Kabag Keprotokolan Setda Provsu Moetaqien Hasrimy.

Pak Harto misalnya, lanjut Ari,  seorang militer memiliki wibawa dan pendiam. Pak Habibie adalah seorang teknokrat, yang lama di luar negeri dan tidak terlalu kaku dalam hal Keprotokolan. “Sementara pada era Gus Dur istana begitu terbuka, siapapun boleh ke istana, bahkan dengan memakai sendal," ujar Ari Setiawan yang telah berpengalaman puluhan tahun bertugas sebagai protokol di Istana Negara.

Dijelaskan Ari, bahwa setiap pemimpin memang punya gaya dan cara mengambil keputusan yang berbeda-beda. “Namun bukan presiden yang menyesuaikan dengan budaya istana, justeru kami yang bisa merubah gaya, menyesuaikan dengan presiden. Tujuannya agar beliau tidak perlu habis waktu beradaptasi dan bisa fokus bertugas memimpin negara,” jelas Ari lagi.

Ari kemudian banyak bercerita tentang kebiasaan keprotokolan pada masa kepemimipinan Presiden Jokowi yang banyak dipengaruhi latar belakang sang presiden. Misalnya setiap kunjungan ke daerah, Pak Jokowi melarang banyak pejabat menjemputnya di bandara, maksimal hanya lima pejabat didampingi istri masing-masing. Beliau dulunya pengusaha, kata Ari, suka yang praktis dan efisien. Jokowi menurutnya tidak mau banyak pejabat yang hadir justeru mengnggau tugas-tugas  pelayanannya di daerah.

Lebih jauh lagi, dia menjelaskan dalam setiap acara yang digelar, protokol diibaratkannya sebagai seorang dirijen orkestra. Perencanaan merupakan hal yang sangat penting. “Demikian juga kesiapan diri sebagai  protokol, siap mental, rapi berpakaian, kebersihan, sol sepatu bahkan menentukan, protokol harus wangi dan menguasai medan, tau dimana tempat makan, dimana kamar kecil, jelas Ari“

Selain berbagi pengalaman selama puluhan tahun sebagai protokol di Istana Negara, Ari juga memberi motivasi kepada para protokol di daerah  untuk tidak bosan belajar dan bekerja dengan ikhlas. Bekerja sebagai protokol menurutnya merupakan pengalaman yang sangat berharga. “Biasanya kalau sudah pernah menjadi protokol, orangnya sudah teruji dan bisa jadi modal untuk berkarir dan bertugas dimana pun,” katanya.

Acara sosialisasi dibuka oleh Plt Sekda Provsu Ibnu S Hutomo yang berharap melalui sosialisasi bisa meningkatkan kemampuan dan wawasan para protokol. “Protokol identik dengan wajah atau performa suatu institusi, bahkan menjadi figur sentral pada setiap acara formal maupun semi formal. Karenanya upaya peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga protokoler di lingkup kabupaten/kota se Provinsi Sumatera Utara merupakanbagian penting yang perlu mendapat perhatian bersama,” kata Ibnu.

Sementara itu, Kabiro Humas dan Keprotokolan Ilyas S Sitorus menjelaskan acara sosialisasi yang melibatkan seluruh protokol se Sumut adalah yang pertama kali digelar sejak sepuluh tahun terakhir. Sebagai Biro yang baru hadir pada tahun 2017, pihaknya kembali menggelar acara sosialisasi atau pelatihan bagi protokol se Sumut yang sudah lama tidak digelar. “Acara seperti ini sangat penting dan strategis bagi peningkatan kualitas SDM protokol sekaligus penguatan koordinasi dan jejaring sesama protokol di Sumut,” katanya. 

(Humas Provsu)-(Riva)