Artikel

16AGT2015

Plt Gubsu Ajak Jaga Kerukunan di Tengah Perbedaan

Medan, 15/8 - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara Ir H Tengku Erry Nuradi MSi menyatakan kemajemukan atau keberagaman di Provinsi Sumatera Utara patut disyukuri sebagai anugerah. Karena memang perbedaaan sudah pasti ada baik itu di keluarga apalagi dimasyarakat.

"Perbedaan yang ada sepatutnya dapat menjadikan kita saling isi mengisi disetiap kekurangan," ujar Plt Gubsu dalam sambutannya pada Dialog Pencegahan Radikalis Terorisme di Kalangan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Budaya Provinsi Sumatera Utara yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Utara, Sabtu (15/8) di Hotel Grand Kanaya Medan.

Plt Gubsu juga menyambut baik kegiatan tersebut, karena berkumpulnya tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh budaya dalam membahas antisipasi dan pencegahan terorisme dan radikalisme akan membantu pemerintah dalam menagani hal itu.

"Jadi para tokoh-tokoh inilah yang akan memberikan pemahaman nantinya kemasyarakat karena jangan sampai kejadian peristiwa baru kita menanganinya, akan tetapai sejak dini haras dilakukan pencegahan," katanya.

Kepala Kesbanglinmaspol Sumut, Drs. Eddy Syofian M.Ap  dalam kesempatan yang sama berharap segala unsur komponen masyarakat Sumatera Utara bersatu menjaga kondusifitas dan keharmonisan. Ia pun tak ingin tragedi Tolikara terjadi di Sumut. Karena itu dia meminta semua lapisan masyarakat tidak memberikan ruang gerak sedikitpun kepada palaku onar berupa aksi radikalisme dan terorisme di tanah Sumatera Utara.

Sementara itu, Sekertaris FKPT Sumut, Zulkarnaen, menyebut dialog seperti ini menjadi ajang silaturrahmi dan bagian kerjasama antar umat dan masyarakat terkait pencegahan terorisme dan radikalilsme. Sinergitas kelompok masyarakat itu mutlak dilakukan, mengingat korban aksi jahat radikal terorisme bisa siapa saja tanpa memilih latar belakang, baik agama maupun etnis budaya.

Diharapkan acara seperti ini dapat menjelaskan tentang konsep dan bahaya paham radikal terorisme di tengah masayarakat. Terutama mengenai sejumlah tema yang biasa digunakan kelompok radikal untuk dalam menghasut masyarakat, seperti pemelintiran makna Jihad. Tema-tema agama yang sering disalahtafsirkan tersebut akan diekplorasi dan diluruskan oleh sejumlah pakar yang kompeten di bidangnya.

Dengan pemahaman yang benar tentang tema-tema yang biasa digunakan kelompok radikal terorisme itulah masyarakat akan memiliki kepedulian dan kewaspadaan sekaligus bisa mengidentifikasi pihak-pihak yang berpotensi melakukan aksi merusak. Tak hanya itu, para tokoh masyarakat yang sudah memahami konsep-konsep tersebut berikut bahayanya diharapkan akan memberikan pencerahan pemahaman yang sama kepada masyarakat luas secara umum sekaligus membantu negara dalam pencegahan terorisme.

(Humas Pemprovsu)-(Ernes)